Kirab Damar Jiwo dan Larungan Sesaji Malam 1 Suro Telaga Ngebel 2016

larung sesaji malam telaga ngebel

“Larung” artinya membiarkan hanyut; menghanyutkan. Sedangkan kata ” Sesaji ” berasal dari kata “Saji” yang artinya mempersembahkan sajian berupa makanan dan benda lain dalam   upacara keagamaan yang dilakukan secara simbolis . Berarti larung sesaji adalah menghanyutkan persembahan berupa makanan / benda lain dalam upacara keagamaan yang dilakukan secara simbolis. 
Selain acara larung sesaji pada siang hari setiap tanggal 1 suro yang sudah menjadi agenda kegiatan Grebeg Suro Kabupaten Ponorogo, telaga ngebel juga mempunyai acara larungan pada setiap malam hari, menurut beberapa tokoh masyarakat Telaga Ngebel larungan malam ini sudah turun temurun mereka lalukan dan sampai saat ini masih di pertahankan oleh masyarakat 8 desa di seputar Telaga Ngebel Ponorogo, tradisi larungan ini bertujuan untuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat-Nya selama ini. Dengan menghadiri acara ini juga diharapkan tidak akan ada bencana di sekitar Telaga Ngebel yang berada di lereng Gunung Wilis, serta masyarakat Ngebel selalu diberi keselamatan oleh tuhan Yang Maha Esa.

Suasana Sore 1 Oktober 2016 ini telaga ngebel diselimuti mendung hitam, udara khas pegunungan wilis dan dinginya air di penginapan Griyalarasri yang kami buat base camp memaksa rombongan beku institute  berkumpul dan menghatkan diri dengan diskusi acara yang akan berlangsung plus joke joke kecil. Cairan hitam pekat nan hangat plus jajanan polo pendem hasil bumi desa ngebel datang dan tersaji di hadapan kami menambah suasana hangat diskusi, secepat kilat satu persatu gelas gelas kopi hitam hangat mengalir di tenggorokan yang kami sudah mulai kering.


Suara sound system dan gamelan mulai terdengar sayup sayup kami dan rombongan mulai mendekat ke arah dermaga  sebagai pusat suara sekaligus acara kirab dan larungan malam, tampak 2 orang perempuan paruhbaya menyanyikan tembang tembang jawa dengan alunan musik tradisional mampu menarik perhatian seluruh pengunjung telaga ngebel.
 
Di area belakang panggung musik terdapat beraneka ragam kuliner, penjual pakaian dan aksesories layaknya pasar malam tradisional, tak ketinggalan ber jajar warung kopi lesehan yang dipenuhi tua muda laki laki perempuan bahkan anak anak menikmati aneka minuman gorengan di iringi alunan tembang jawa dari panggung utama. Suasana dan tradisi seperti ini sudah jarang sekali ditemuai akhir akhir ini, bisa dijadikan salah satu destinasi wisata tradisi di Kabupaten Ponorogo dan Telaga Ngebel pada khususnya.

Tepat jam 23:00 wib acara kirab damar jiwo (iring iringan pawai obor) sebagai pembuka prosesi acara larung sesaji di berangkatkan, terlebih dahulu di sisi kanan dermaga di tanam potongan kambing kendit di iringi doa yang di pimpin tokoh masyarakat sekaligus pemimpin prosesi, berjajar teratur rombongan dengan membawa obor "damar jiwo" mengelilingi telaga ngebel dengan berlarian kecil, 




Di beberapa tempat yang sudah ditentukan pemimpin prosesi kembali berhenti sekaligus menanam potongan kambing kendit dan selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan target tepat pukul 24:00wib tiba di dermaga  di lanjutkan melarung sesaji ke tengah telaga dengan cara berenang.




Suhu di sekitar acara menunjukkan angka 24 derajat pada 723 diatas ketinggian laut udara dingin nan tenang juga aroma dupa menambah ke sakralan suana di sekitar prosesi, beberapa saat setelah perenang mencapai titik yang telah di tentukan sesaji di tenggelamkan dengan iringan doa dan sinar lampu dari beberapa kamera yang merekam prosesi tersebut. Perenang kembali ke dermaga di iringi oleh team penyelamat yang mengendarai speedboat sigap apabila terjadi sesuatu yg tidak di inginkan.
Setelah acara larungan selesai iringan musik dan tembang2 jawa kembali di perdengarkan, tampak pengunjung telaga ngebel mamadati area pasar malam tradisional.
 

Post a Comment

0 Comments