Goa Lowo Situs Cagar Budaya Ponorogo



Goa Lowo yang terletak di hutan jati Dusun Boworejo,Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, selain dikenal sebagai lokasi wisata juga kerap dijadikan lokasi penelitian mahasiswa asal Jawa Timur dan Jawa Tengah. 



Hampir di setiap hari libur dan hari besar nasional Goa Lowo selalu dikunjungi para wisatawan. Mulai dari rombongan keluarga, pasangan muda-mudi, hingga rombongan kalangan mahasiswa.





Kondisi jalan masuk ke lokasi Goa Lowo yang hanya 1 kilometer itu, kondisinya setiap turun hujan, licin dan kendaraan tidak bisa melintasi.
"Sepeda motor saja tidak bisa melintas masuk, karena jalan licin seperti jalan orang mencari kayu bakar. Dulu sempat diperbaiki karena drainase tak pernah dikeruk jalan menuju Goa Lowo hancur lagi.

Menurut juru kunci Cagar Budaya Goa Lowo, Somingan (62) menegaskan, Goa Lowo ramai ketika bulan Suro dan Hari Raya Nyepi. Para wisatawan ada yang hanya berkunjung ada pula yang melaksanakan ritual.

"Kalau hari libur biasa yang berkunjung anak muda dan keluarga. Tetapi kalau Hari Raya Nyepi dan Suro banyak orang semedi di dalam gua. Biasanya sore mulai masuk dan pagi pulang. Mereka melakukan ritual sesuai agamanya masing-masing.



Selain itu, di area sekitar Goa Lowo yang berada di kawasan hutan jati KPH Badegan tersebut sebenarnya dikelilingi puluhan goa lainnya. Diantaranya, Goa Padepokan Gunung Cilik, Goa Pertapan I, Goa Pertapan II, Goa Sulur, Goa Ngalen, Goa Tutup, Goa Layah, Goa Cumpleng, Goa Cakruk, Goa Gede, Goa Dlosor, Goa Bareng dan Goa Solotan. Namun yang paling dekat dan mudah dijangkau hanya Goa Lowo.
Di Goa Lowo banyak ditemukan tulang-belulang manusia purba, sejenis seperti yang ditemukan di Wajak, Kabupaten Tulungagung dan Trinil, Kabupaten Ngawi.



"Goa Lowo memiliki ketinggian langit-langit 11 meter, lebar 27 meter dan panjang 26 meter ini memiliki empat ruangan. Yakni ruang raja rahman senduk, ruang semedi, ruang batu candi dan ruang kursi batu. Masing-masing ruangan ada sejarahnya. Di tempat itulah para mahasiswa melakukan penelitian mulai dari serpihan tulang hingga pengggalian tanah untuk dilihat sendimentasi tanahnya," urainya.
Sebelumnya, kata Somingan, di setiap ruangan banyak ditemukan tulang belulang manusia purba. Di halaman gua juga masih banyak ditemukan kepingan-kepingan atau serpihan tulang-tulang manusia purba.
"Dulu tulang-tulang itu banyak ditemukan di setiap sudut ruang dan sebagian di halaman. Menurut peneliti dari Belanda dulu manusia purba tersebut ada yang dituakan (raja) beserta pembesar (tokoh) sehingga tulangnya ada di dalam gua dan yang berada di halaman gua (prajurit) atau penjaga (pengikut)," jelasnya.

Post a Comment

0 Comments