Kemambang Ngebel Ponorogo

-->

Kemambang, bagian paling ujung (menjorok ke telaga)
Jika anda berwisata ke Telaga Ngebel, mungkin anda akan mendengar penduduk di sekitar telaga Ngebel menyebut-nyebut kata “Kemambang”. Kemambang adalah sebutan bagi pinggiran telaga yang menjorok ke tengah telaga seperti semenanjung. 



Jika anda masuk ke kawasan telaga ngebel dari arah barat daya, atau pintu gerbang yang dekat dengan kanal sungai, dan kemudian berjalan ke arah kanan, maka setelah kira-kira 500 m dari tempat itu anda akan berjalan menikung membentuk seperti angka 3 di tempat yang menjorok ke tengah telaga. Jalan itu akan terlihat lebih banyak berupa batu yang dikikis pinggirnya sehingga bisa dilewati kendaraan.

Menurut cerita orang-orang tua yang pernah hidup dijaman Belanda, jalan diatas batu ini dibuat dengan itu menggunakan bahan peledak dinamit yang di bor di dinding-dinding batu, sehingga bisa diratakan untuk kemudian menjadi jalan yang saat ini bisa dilewati kendaraan. 

Bekas lobang-lobang tempat dinamit untuk memuat jalan itu masih terlihat sampai sekarang. Bisa dilihat didinding jalan yang berbatu itu ada lobang-lobang sebesar lengan orang dewasa, dan disitulah digunakan untuk menempatkan dinamit-dinamit itu.
Nah tempat inilah yang disebut dengan KEMAMBANG.

Mengapa masyarakat menyebut daerah ini dengan sebutan kemambang?, nah inilah uniknya tentang Kemambang tersebut. 
Masyarakat di sekitar tempat itu mempercayai bahwa tempat menjorok ini bukan seperti dinding sebagaimana layaknya pinggiran telaga atau danau atau waduk. Namun batu yang menjorok dan membentuk angka 3 ini dipercaya mengambang diatas air telaga. Jadi jika tidak ada air dibawahnya, maka tebing ini kira-kira kan berbentuk seperti janggut. 
Seperti dahan yang menjorok ke danau. Masyarakat percaya bahwa tempat tersebut mengambang diatas telaga, karena jika kita menghentakkan kaki di tempat itu, maka akan berbunyi mendengung, seakan ada rongga dibawahnya. Percaya tidak percaya namun itulah kepercayaan masyarakat yang kemudian melahirkan penyebutan tempat ini menjadi kemambang. 

Penulis : Gamar Ariyanto
Foto Aerial : Shandy A A Miraza

Post a Comment

0 Comments