Watu Dukun Situs Purbakala Pager Ukir Sampung


Terletak di kaki gunung suci Dusun Pager Ukir Desa Pager Ukir kecamatan Sampung Ponorogo, terdapat batu besar berusia lebih dari 1000 tahun, situs yang bernilai sejarah tersebut diyakini sebagai tempat pengemblengan Airlangga oleh Mpu Brada setelah terjadinya PARALAYA yaitu penyerangan koalisi kerjaaan Sriwijaya, Wengker dan Wura-wari terhadap kerajaan Medang yang terjadi tahun 1016M. 




Kerajaan Medang di bawah kekuasaan Dharmawangsa sedangkan Airlangga adalah meantunya. Pada saat tragedi pralaya di Medang berlangsung pernikahan Airlangga dengan putri Prabu Dharmawangsa. Satu satunya yang berhasil lolos dari serangan tersebut adalah Airlangga yang pada waktu itu berusia 16 tahun. 

Air Langga kemudian melarikan diri bersama Narotama dan mengalami masa penggemblengan lahir batin di daerah Pager Ukir.
Berdasarkan cerita rakyat,  Di Situs Pager Ukir inilah Airlangga digembleng ilmu jaya wijaya dan ilmu kanuragan. Hingga akhirnya Airlangga lulus dan diberi gelar oleh gurunya sebagai Prabu Kelono Sewandono sedangkan Narotama berganti nama menjadi Pujanggo Anom.
Kedua tokoh nama Kelono Sewandono dan Pujonggo Anom merupakan tokoh yang digambarkan dalam kesenian reog Ponorogo, yaitu gambaran seorang Satriya yang sakti mandara guna dan berperilaku baik.



Selain batu besar bertuliskan huruf jawa kuno juga terdapat tumpukan batu seperti pepunden berundak ke atas bukit. Diantara tumpukan batu tersebut terpahat tulisan dengan huruf jawa kuno.

Balai Pelestarian Peninggalan dan Purbakala Trowulan Mojokerto sudah melakukan penelitian dengan hasil situs purbakala WATU DUKUN diyakini merupakan sisa bekas peninggalan Airlangga, selain batu bertuliskan huruf jawa kuno pada baris Pertama terbaca WA-BA-CA-NA-WA, dibaris kedua yang atas berbunyi NA-LI, dibaris kedua yang bawah berbunyi WA-NYA/BA-YA, dan di baris terakhir atau ketiga adalah GI-PU-JA-PU-JA-BU-MA (MI). Kondisi itu, kata Juru Kunci Situs Pagerukir sebagai bentuk peralihan kerajaan dari Keraton Yogyakarta menuju kerajaan Wengker. Alasannya, batu yang terpahat itu menunjukkan arti situs pagerukir sebagai lokasi ritual persembahan dan pemujaan sebagai manusia agar mendapatkan keberkahan.
"Tulisan itu menunjukkan lokasi ini sebagai tempat ibadah dan pemujaan," kata Juru Kunci Pagerukir, Bibit Susanto menirukan para peneliti BP3 Trowulan
dan batu persegi adlah bagian dari pendopo, sedangkan tumpukan batu mirip dengan pepunden berndak adalah tempat pengemblengan yang dilakukan Mpu Barada juga Sendang yang terdapat di depanya.

Menuju tempat ini dari alun2 ponorogo ke arah perempatan sumoroto masih lurus belok kanan ke arah sampung

Post a Comment

0 Comments